Rabu, 05 Januari 2011

Pelayanan Publik di Indonesia Semakin Membaik

Pelayanan publik yang kita kenal selama ini di Indonesia mengesankan bahwa para birokrat di Indonesia bekerja secara lambat, profit oriented, tidak transparan, tidak efektif dan tidak efisien, tidak ramah, rumit, serta tidak berkompeten dalam bidangnya. Fakta mengenai potret pelayanan publik di Indonesia selama ini adalah :

  • Baru sebagian kecil dari keseluruhan instansi yang wajib menyediakan pelayanan yang memiliki prosedur yang jelas. Sementara banyak instansi penanggungjawab dan pemberi pelayanan yang tidak memiliki prosedur yang jelas dalam menyediakan pelayanan.
  • Waktu pelayanan umumnya tidak efisien dan merugikan masyarakat yang sedang membutuhkan pelayanan.
  • Keterampilan petugas pelayanan rata-rata masih rendah dan tidak sesuai untuk pekerjaan yang memberikan pelayanan yang baik.
  • Masih banyak petugas menunjukkan sikap, cara berbicara, memanggil, atau memberitahukan sesuatu yang tidak ramah dan santun. Sebagian ada yang merasa berada pada posisi superior dan arogan.
  • Masih ada instansi-instansi pemberi pelayanan yang belum menggunakan prasarana dan sarana yang layak dan sesuai perkembangan jaman, seperti sistem komputer, internet/website, dll.


 

Namun demikian, pengalaman saya akhir-akhir ini menunjukkan bahwa pelayanan publik di Indonesia semakin membaik. Beberapa waktu belakangan ini, orangtua saya memperpanjang masa berlaku Kartu Tanda Penduduk di salah satu instansi. Di instansi tersebut sudah memiliki sistem informasi pelayanan yang berisi informasi tentang prosedur, biaya, waktu, dan sebagainya. Instansi tersebut juga sudah memiliki sistem penampungan pengaduan dan tindak lanjut pengaduan, sehingga apabila ada yang kurang puas dengan layanan yang diberikan oleh instansi tersebut, mereka dapat mengevaluasinya dan memperbaiki pelayanan yang mereka berikan. Hal ini setidaknya menunjukkan adanya perbaikan setelah sekian tahun mengalami stagnasi dengan pandangan masyarakat terhadap pelayanan publik selama ini.

Jumat, 10 Desember 2010

Lebih dari Pemenang

Suatu hari, ada perlombaan balap mobil mainan. Suasananya sangat meriah pada hari itu, karena hari itu merupakan babak final. Hanya empat orang tersisa, yang masuk ke babak putaran final. Mereka akan melombakan mainan buatan mereka sendiri, sesuai dengan peraturan yang disepakati.

Di antara para finalis, ada seorang anak bernama Riou. Mobil balapnya tidaklah menarik. Bahkan mobilnya adalah yang paling tidak sempurna diantara para finalis. Memang mobil itu tidak begitu menarik. Hanya mobil yang dibuat dengan kayu sederhana dan lampu kelip di atasnya. Namun, Riou bangga dengan mobilnya, karena mobilnya adalah buatan sendiri.

Saat pertandingan hampir dimulai, setiap finalis bersiap di garis start untuk mendorong mobilnya sekencang-kencangnya. Namun sesaat kemudian, Riou meminta waktu sejenak kepada panitia sebelum perlombaan dimulai. Terlihat Riou sedang berdoa dengan mata terpejam. Setelah itu, ia berkata "Ya, aku siap!"

"Door!!!" Lomba pun segera dimulai.

Dengan hentakan kuat, mereka mendorong mobil mereka masing-masing. Dari garis finish, terlihat mobil Riou lah yang paling depan, dan mobilnyalah yang memenangkan perlombaan tersebut. Riou berbisik dalam hati, "Terima kasih, Tuhan."

Saat pembagian piala tiba, Riou maju ke depan dengan perasaan bangga. Sebelum piala tersebut diberikan, ketua panitia berkata, "Hai Juara, ternyata Tuhan mengabulkan doamu untuk memenangkan pertandingan ini."

Riou lalu menjawab, "Tidak Pak, saya tidak berdoa untuk menang. Rasanya tidak adil kalau kita meminta kepada Tuhan untuk mengalahkan orang lain." Lalu ia melanjutkan jawabannya, " Aku hanya memohon kepada Tuhan, agar aku tidak menangis jika aku kalah."




Inspirasi:


Betapa bijaknya anak kecil ini. Kita sering sekali meminta sesuatu yang sebenarnya tidak kita butuhkan. Berdoa untuk meraih kemenangan atau ingin menjadi nomor satu. Padahal, yang seharusnya kita pikirkan adalah bagaimana kita bisa tetap tabah apabila kita mendapatkan pahitnya kekalahan. Begitu banyak orang mempersiapkan dirinya hanya untuk menang, namun ketika kekalahan menghampiri mereka, mereka hanya bisa kecewa dan semakin menjauh dengan Tuhan.

Kemenangan sejati bukanlah mengenai kemenangan atas orang lain, melainkan kemenangan atas diri sendiri. Keberhasilan kita dalam perlombaan adalah mengalahkan rasa takut yang menghambat kita sebelum pertandingan dimulai. Andalkanlah Tuhan dalam setiap perbuatan kita, maka kita akan mampu menyisir puncak-puncak tersulit dari setiap kekalahan kita, dan mengubah setiap batu hambatan menjadi batu loncatan bagi kita untuk bisa menjadi lebih daripada pemenang.

" Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu;

Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau;

Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan."

(Yesaya 41 : 10)

Mengapa dalam Bahasa Inggris Jam Tangan Disebut Watch? Memangnya Kita Lebih Sering Melihat (Watch) Jam Tangan daripada Jam Biasa?

Maksudnya apa sih?

Mari kita lihat mana yang lebih dulu ada. Pertama-tama, penulis mencari di kamus yang sangat terpercaya, yang memberitahu bahwa kata "Watch" memiliki etimologi bahasa Inggris kuno yang sama dengan "Wake" (bangun) dan "Awaken" (terbangun). Apakah jam tangan pertama yang ada merupakan jam beker? Mungkin bukan. Sejumlah sejarawan dalam bidang kata-kata telah berspekulasi bahwa kata itu diturunkan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris kuno yang berarti "melek semalaman" dan bahwa pemberian nama pengukur waktu itu berkaitan dengan fakta bahwa benda-benda tersebut dibawa oleh para penjaga malam.

Tetapi etimologi yang paling menarik, meski tak dapat dibuktikan, disajikan oleh Stuart Berg Flexner dalam bukunya yang berjudul Listening to America. Ketika jam tangan diperkenalkan, jam biasa tidak memiliki jarum jam atau menit. Tetapi, jam biasa berdentang sejam sekali memberikan tanda berupa bunyi (malahan, jam yang arti bahasa Inggrisnya adalah "clock" berasal dari kata Latin cloca, yang berarti "lonceng"). Tetapi jam tangan memiliki jarum menit dan jam. Orang harus secara benar-benar mengamati jam tangan untuk mengetahui waktu yang tepat.

Jumat, 03 Desember 2010

Sebuah Pertanyaan untuk Ibu

"Riou, tunggu!" Jowy mengejar Riou. "Mau kemana Riou?
"Ke rumahlah! Kemana lagi? Keringetan nih, pengen mandi.
"Ngomong-ngomong, Ellie ngajak kamu ke pestanya gak? Pesta ultah dia?" ucap Jowy sambil mengusap keringat.
"Ya, iyalah!" kernyit Riou "Kenapa?"
"Ngga, pengen tahu aja, kamu mau pergi sama siapa?"
"Ngga tahu deh. Belum kepikiran tuh!" Jawabnya tenang.
"Iya, kamu sih gampang nyari cewe! Nah saya?" Jawab Jowy putus asa.
"Udah, ga usah diambil serius, Jow. Nyari cewe mah gampang. Ada tempat dimana kamu bisa ketemu sama banyak cewe!" ucap Riou, "Tuh, di pasar Inpres Senen!" Riou tertawa.
"Sialan! Emang saya apaan? Tukang sayur?" Jawab Jowy sambil tertawa juga.
Kemudian, mereka pulang meninggalkan lapangan basket yang telah kosong bersama-sama.
***
"Riou! Jangan lupa sarapan!"
"Iya, Mi!" senyum Riou. Riou bangga pada ibunya. Walaupun ibunya sibuk, ia tetap dapat menyempatkan diri untuk menyiapkan sarapan. Bagi ibunya, keluarga adalah segalanya.
"Kamu tidak pergi ke pesta Ellie, Riou?"
"Hmm… belum tahu Mi,"
"Kenapa? Ngaa punya pasangan?" goda ibunya pada Riou.
"Bukan, Mi. Bukan itu. Mending Riou pergi sendiri daripada sama cewe. Jadi ga ada yang ganggu."
"Jadi masalahnya apa?"
"Pestanya diadakan di diskotik. Riou ga tertarik pergi ke tempat seperti itu."
"Ya udah, kalo gitu ga usah pergi!"
"Tapi Riou udah janji sama Ellie dan janji sama Jowy untuk pergi bareng." Riou menatap ibunya, "Menurut Mami, Riou harus pergi atau engga?"
"Itu semua tergantung padamu, nak. Kamu sudah cukup dewasa untuk memilih pilihanmu sendiri." Ibunya tersenyum pada Riou. Kemudian ia menambahkan, "Tapi ingat, jangan mabuk-mabukan atau menggunakan obat-obatan!"
"Riou tahu, Mi!" jawab Riou. "Riou ga akan begitu." Ibunya tersenyum ketika mendengar jawaban Riou. "Mi, Riou pergi dulu ya." Riou meninggalkan meja makan, mencium pipi ibunya, dan pergi ke sekolah.
***
Riou merasa seperti ikan yang keluar dari dalam air, ia tidak dapat bernafas. Terlalu banyak orang di ruangan tersebut. Sekarang sudah jam 11 malam, tapi para hadirin masih menikmati pesta tersebut. Walaupun pestanya sudah dimulai 3 am yang lalu, suasananya tetap tidak berubah. Tamu-tamu tetap berdatangan.
Riou mencari Jowy, tetapi ia tidak dapat melihat begitu jelas. 'Oh, itu dia!' Riou melihat Jowy menari bersama seorang gadis. Ia tidak mengenal gadis itu, tetapi ia tidak mau mengganggu Jowy.
"Hai Riou, dari mana aja? Mampir dulu, dong?" ajak Lucca.
Riou melihat Lucca dan menatap matanya yang merah. Kelakuannya member kesan bahwa ia sedang mabuk. Riou dapat melihat botol kosong di atas meja. Tidak hanya Lucca; Culgan, Seed, Lucia, Sierra, dan Yuber, yang duduk pada meja yang sama, terlihat mabuk juga.
"Ayo Riou, minum dulu bareng kita!" ajak Culgan.
"Ngga, makasih!" tolak Riou.
"Jangan begitu. Ayo minum dan rayakan kemenangan kita pada kompetisi basket di sekolah." Lucia mencoba untuk membujuk Riou.
"Saya hargai itu. Tapi tidak, terima kasih!" jawab Riou tegas, "Sorry guys, saya harus pulang sekarang."
"Hey, tunggu dulu!" teriak Seed, "Hey! Gue yang traktir deh!"
Tapi, Riou sudah menghilang karena terhalang oleh ramainya orang.
Riou tidak dapat mengerti mengapa teman-temannya menjadi seperti ini. Di sekolah, kelakuan mereka baik. Tapi ketika sudah keluar sekolah, kelakuan mereka berubah 180 derajat. Mereka tidak memikirkan efek buruk yang dapat merusak masa depan mereka.
Pestanya menjadi tidak benar.
Selain minuman keras; obat-obatan juga terdapat dimana-mana. Ini adalah pesta gila!! Bagaimana Ellie mengenal ini semua?
***
Pesta selesai pada tengah malam, Jowy meninggalkan Riou dan pergi dengan corolla putihnya. Kemudian Riou menyalakan mobil sport merahnya dan keluar dari tempat tersebut. Tiba-tiba, ia mendengar suara ledakan besar dan tabrakan keras, kemudian jalan di depan mobilnya dikerumuni oleh orang-orang yang berteriak dan menjerit. Riou berlari untuk melihat apa yang terjadi. Ada kecelakaan!
Tak lama kemudian, sebuah mobil ambulans dan mobil polisi datang ke TKP.
Paramedis mencoba menolongnya, tapi mereka terlambat. Riou mendekat dan melihat sesosok tubuh, terbaring di trotoar. Riou merasa kenal dengan tubuh itu. Tapi, ia tidak dapat mengingatnya. Kemudian, paramedis membawa tubuh itu ke ambulans. Sekarang, ia dapat melihatnya dengan jelas. Ia ingat tubuh itu milik siapa. Tubuh itu milik . . . dirinya!!
***
Aku pergi ke sebuah pesta, aku ingat apa yang ibu katakana. Ibu katakana untuk tidak minum, jadi aku minum soda sebagai gantinya. Aku tahu aku melakukan hal yang benar. Aku tahu ibu selalu benar.
Sekarang pestanya telah selesai, aku pulang dengan mengendarai mobilku. Tapi, mobil lain tidak melihatku dan menabrakku.
Sambil berbaring, kudengar suara polisi berkata "Tersangka mengendarai mobil sambil mabuk." Dan aku satu-satunya yang harus membayar ini semua. Aku dengar paramedis berkata bahwa aku akan pergi tidak lama lagi.
Laki-laki yang menabrakku mendekat, dan aku berpikir bahwa ini tidak adil. Aku di sini terbaring dan ia hanya bisa menatapku. Bilang pada kakak untuk tidak menangis. Bilang pada ayah untuk tabah.
Nafasku sudah semakin pendek, Bu. Aku menjadi takut sekali. Tapi jangan menangis untukku, Bu.
Ketika aku membutuhkanmu, kau selalu ada disisiku. Tapi, aku mempunyai satu pertanyaan terakhir untuk ibu, sebelum aku mengucapkan 'Selamat Tinggal.'

"Aku tidak mabuk ketika sedang mengemudi, tapi kenapa aku satu-satunya yang harus pergi?"

Rabu, 01 Desember 2010

Raja dan Sandal

Alkisah, pada jaman dulu kala, hiduplah seorang raja yang memerintah sebuah negeri dengan bijak dan adil. Namun, raja ini sudah cukup tua. Saat ajal menjemputnya, kekuasaan kerajaan otomatis turun kepada anaknya. Berbeda dengan raja terdahulu, raja yang baru ini dibesarkan di istana dan melakukan segala sesuatunya di lingkungan istana yang mewah. Tak ada gambaran kesulitan di dalam kehidupannya.
Setelah penobatan sebagai raja baru, raja mengumpulkan seluruh menteri dan penasihatnya. Dia ingin menanyakan segala sesuatu mengenai kondisi rakyat di kerajaannya itu. Semua menteri dan penasihat menyampaikan laporan mereka sesuai dengan bidang yang dipimpin mereka masing-masing. Namun, raja tidak percaya begitu saja dengan laporan mereka. Raja ingin menyaksikan sendiri dari dekat bagaimana keadaan rakyatnya.
Keesokan harinya, raja bersiap-siap untuk berkeliling kerajaannya. Raja menuruni tangga satu-persatu. Saat kaki raja menapaki jalan menuju pasar, tiba-tiba raja meringis kesakitan. Kakinya tertusuk kerikil-kerikil jalanan. Segera raja berpikir di dalam hatinya, "Alangkah jeleknya jalanan di kerajaanku." Perjalanan raja untuk mengelilingi kerajaannya pun dibatalkan. Setelah dirawat, raja memanggil menteri-menterinya dan berkata, "Mulai besok, seluruh jalanan di kerajaan ini harus dilapisi dengan kulit sapi! Tidak boleh ada kerikil yang membahayakan lagi!"
Begitu raja memerintahkan, para menteri pun kembali ke ruangan mereka masing-masing. Sepenginggalan menteri-menteri tersebut, seorang penasihat kerajaan yang terkenal amat bijak menghadap sang raja. Setelah diizinkan, si penasihat berkata, "Mengapa Paduka harus mengorbankan begitu banyak sapi hanya untuk melapisi jalanan di kerajaan ini? Jikalau hamba boleh memberikan masukan, sebenarnya cukuplah kulit dari satu ekor sapi untuk diikatkan ke kaki Paduka dan Paduka tak akan merasakan kasarnya jalanan di kerajaan ini."

Inspirasi:
Orang bijak berkata, jika kita berusaha mengubah lingkungan kita agar sesuai dengan apa yang kita inginkan, maka dibutuhkan pengorbanan besar dan pekerjaan itu amatlah sulit, pun usaha itu belum tentu berhasil. Namun, jika kita mau sedikit saja mengorbankan ego kita untuk mengubah apa yang ada pada diri kita, maka segala sesuatunya akan terasa lebih baik, serta menghemat tenaga dan waktu kita.
Yuk, mari kita koreksi diri kita terlebih dahulu dan memperbaiki kesalahan kita, sebelum kita mencoba memperbaiki kesalahan yang ada pada diri orang lain? ^_^

Senin, 29 November 2010

Tempayan Retak

Seorang tukang air di India, yang tugasnya membawa air kepada tuannya setiap hari, memiliki dua tempayan besar. Salah satu diantaranya memiliki retak di tubuhnya. Tempayan yang tidak retak selalu dapat membawa air penuh sepanjang perjalanan dari mata air ke rumah majikannya, sedangkan tempayan yang retak hanya mampu membawa setengahnya.

Selama dua tahun, hal ini terjadi terus-menerus setiap hari. Si tukang air hanya mampu membawa air sebanyak satu setengah tempayan setiap harinya ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan besar yang tidak retak bangga dengan prestasinya, karena ia selalu dapat memenuhi tugasnya dengan sempurna. Namun, si tempayan yang retak malu sekali dengan ketidaksempurnaannya. Dia merasa sedih, karena hanya mampu memberikan setengah dari apa yang seharusnya ia dapat berikan.

Setelah dua tahun merasa terekan dengan keadaan ini, tempayan retak ini berkata kepada tukang air, "Saya ingin mohon maaf kepada tuan. Saya sungguh malu sekali dengan kondisi saya ini."

"Kenapa?" Tanya tukang air, "Kenapa kamu merasa malu?"

"Selama dua tahun ini, saya hanya mampu membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa, karena ada retakan pada sisi tubuh saya. Retakan itu telah membuat air yang saya bawa bocor selama perjalanan menuju rumah majikan kita. Cacat saya telah membuat Tuanku rugi." Kata tempayan itu.

Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak. Kemudian ia berkata, "Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan."

Benar saja, ketika mereka naik bukit, si tempayan retak baru sadar bahwa ada begitu banyak bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan. Itu membuat si tempayan retak sedikit terhibur. Namun, pada akhir perjalanan, si tempayan retak kembali sedih karena air yang dibawanya kembali bocor sepanjang perjalanan. Ia pun meminta maaf kembali kepada si tukang air atas kegagalannya.

Si tukang air berkata kepada tempayan itu, "Apakah engkau memperhatikan juga adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang tidak retak? Itu karena aku memperhatikan dan menyadari cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu telah mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghiasi meja rumah majikan kita. Tanpa kamu yang seperti ini, majikan kita takkan dapat menghiasi rumahnya seindah sekarang."



Inspirasi:

Tuhan tidak pernah menciptakan segala sesuatunya sia-sia. Selalu ada makna dibalik setiap kekurangan yang kita punya. Cobalah mencari arti dibalik setiap hal yang diberikan oleh Tuhan. Ketiadaan salah satu indera, atau kecacatan yang kita alami pasti Tuhan imbangi dengan kelebihan lain yang melekat pada diri kita sendiri. Belajarlah mengenal diri sendiri. Bukankah dengan lebih mengenal diri sendiri, maka kita juga akan lebih mengenal Tuhan kita?

Minggu, 28 November 2010

Mengapa Pria Punya Puting Susu?

Ada yang bilang bahwa puting susu adalah organ sisa, yang pada suatu waktu dalam evolusi kita mungkin akan menghilang sama sekali dari tubuh pria. Usus buntu adalah organ lain yang mungkin pernah memiliki fungsi yang lebih penting di tubuh kita daripada sekarang ini, dimana fungsi utama organ itu hanyalah untuk memberikan standar hidup yang tinggi bagi para ahli bedah.

Kaum pria sebenarnya memiliki peralatan anatomis yang tersedia untuk menghasilkan susu, tetapi peralatan itu tetap dorman kecuali kalau dirangsang oleh esterogen, hormon wanita. Apakah mungkin dulu sekali pria pernah menyusui bayi?